Dalam ayat diatas Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan para hamba-Nya untuk berdoa kepada-Nya, dan berjanji akan mengabulkan doa hamba-Nya. Bahkan sebaliknya, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengancam para hamba-Nya yang enggan untuk berdoa kepada-Nya karena telah jatuh kepada sifat kesombongan.
Para dasarnya, kita boleh berdoa kapan dan dimana saja. Akan tetapi, di sana ada waktu-waktu tertentu yang mempunyai nilai lebih untuk dikabulkannya doa. Pada posting kali ini, akan dijelaskan beberapa waktu-waktu mustajab untuk berdoa.
Diantara waktu-waktu mustajab untuk berdoa tersebut adalah:
1. Malam (lailatul) Qadar
’Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: ”Wahai Rasulullah, apa petunjukmu bila aku mendapati malam (laitul) Qadar itu, apa yang harus aku ucapkan?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallammenjawab: ”Ucapkanlah (doa):
« اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي ».
”Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, mencintai perbuatan memberi maaf, maka maafkanlah aku.” (HR. At-Tirmidzi, Ahmad, dan An-Nasa`i dalamAl-Kubra).
2. Di sepertiga malam yang akhir dan di waktu sahur
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan salah satu sifat para hamba-Nya yang beriman dalam firman-Nya (artinya):
”Dan pada waktu akhir malam (waktu sahur) mereka memohon ampun.” (Adz-Dzariyat: 18)
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
«
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ
الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ
يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ
يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ » .
”Rabb
kita Yang Maha Tinggi turun setiap malam ke langit dunia ketika tersisa
sepertiga malam yang akhir seraya berfirman: ’Siapa yang berdoa
kepada-Ku niscaya Aku mengabulkan doanya. Siapa yang meminta kepada-Ku
niscaya Aku berikan apa yang dimintanya. Siapa yang minta ampun
kepada-Ku maka aku akan mengampuninya’.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)
3. Di akhir shalat fardhu
Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu ‘anhu berkata: ”Pernah ada yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: ”Wahai Rasulullah, doa apakah yang didengarkan (dikabulkan)?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
« جَوْفُ اللَّيْلِ الآخِرُ وَدُبُرَ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ »
”Doa yang dipanjatkan di tengah malam yang akhir dan di akhir shalat wajib.”(HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa`i dalam Al-Kubra)
Para
ulama berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud dengan kata ((دُبُرَ))
dalam hadits diatas. Apakah maksudnya sebelum salam atau setelah salam
dari shalat?
Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata dalam kitabnya, Zadul Ma’ad, 1/378:
”((
وَدُبُرَ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ)) bisa jadi maksudnya sebelum
salam dan bisa jadi setelahnya. Adapun Syaikh kami (Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah rahimahullah) menguatkan pendapat yang menyatakan sebelum salam.”
Sedangkan Asy-Syaikh Ibnu ’Utsaimin rahimahullah berpandangan
di akhir setiap shalat fardhu adalah sebelum salam, sehingga doa itu
dipanjatkan setelah selesai membaca tasyahhud akhir dan shalawat sebelum
mengucapkan salam sebagai penutup ibadah shalat. Beliau rahimahullah berkata:
”Riwayat yang menyebutkan adanya doa yang dibaca di ((دُبُر
الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَات)), berarti doa itu dibaca sebelum salam.
Sedangkan dzikir yang dinyatakan untuk dibaca di ((دُبُرَ الصَّلَوَاتِ
الْمَكْتُوبَاتِ)), maka maksudnya dzikir itu dibaca setelah selesainya
shalat. Karena AllahSubhanahu wa Ta’ala berfirman (artinya): ”Apabila
kalian telah selesai dari mengerjakan shalat, berdzikirlah kalian
kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring diatas
lambung-lambung kalian.” (An-Nisa`: 103).
4. Antara adzan dan iqamah
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
« لاَ يُرَدُّ الدُّعَاءُ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ ».
”Tidak tertolak doa yang dipanjatkan antara adzan dan iqamah.” (HR. Abu Dawud).
5. Satu waktu di malam hari
Jabir radhiyallahu ‘anhuma berkata: ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
«
إِنَّ فِى اللَّيْلِ لَسَاعَةً لاَ يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ
اللَّهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ إِلاَّ أَعْطَاهُ
إِيَّاهُ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ ».
”Sesungguhnya
pada malam hari ada satu waktu yang tidaklah bersamaan dengan itu
seorang muslim meminta kepada Allah kebaikan dari perkara dunia dan
akhirat, melainkan Allah akan mengabulkan permintaan tersebut, dan itu
ada di setiap malam.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah ketika
menjelaskan hadits di atas mengatakan: “Pada hadits tersebut terkandung
adanya penetapan satu waktu mustajab pada setiap malam, dan anjuran
untuk berdoa di waktu-waktu malam dengan harapan bertepatan dengan waktu
mustajab tersebut.” (Al-Minhaj, 3/95).
6. Ketika terbangun di waktu malam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang terbangun di waktu malam lalu mengucapkan:
لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ ،
وَلَهُ الْحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ . الْحَمْدُ لِلَّهِ
، وَسُبْحَانَ اللَّهِ ، وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَاللَّهُ
أَكْبَرُ ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
Kemudian mengucapkan:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
Atau berdoa, maka dikabulkan (doanya). Dan jika berwudhu’ kemudian melaksanakan shalat maka shalatnya diterima.” (HR. Al-Bukhari)
Sebagian
ulama mengatakan: “Dalam keadaan seperti ini lebih diharapkan
terkabulkannya doa begitu juga diterimanya shalat dibandingkan
waktu/keadaan yang lainnya.” (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 8/311).
7. Ketika dikumandangkannya adzan dan dirapatkannya barisan, berhadapan dengan barisan musuh di medan tempur
Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhuma berkata: ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Dua
waktu/keadaan yang didalamnya dibukakan pintu-pintu langit dan jarang
sekali tertolak doa yang dipanjatkan ketika itu, yaitu saat diserukan
panggilan shalat (adzan) dan saat berada dalam barisan di jalan Allah
(ketika berhadapan dengan musuh di medan perang, pent).” (HR. Ibnu Hibbandan Al-Baihaqy dalam Al-Kubra).
8. Suatu waktu pada hari Jum’at
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut tentang hari Jum’at, beliau bersabda:
«
إِنَّ فِى الْجُمُعَةِ لَسَاعَةً لاَ يُوَافِقُهَا مُسْلِمٌ قَائِمٌ
يُصَلِّى يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَقَالَ
بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا يُزَهِّدُهَا».
”Sesungguhnya
di hari Jum’at itu ada suatu waktu yang tidaklah waktu tersebut
bertepatan dengan seorang muslim yang sedang melaksanakan shalat, lalu
meminta kepada Allah suatu kebaikan, kecuali pasti Allah akan
mengabulkannya.”Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan dengan tangannya untuk menunjukkan singkatnya waktu tersebut. (Muttafaqun ’alaihi).
Ulama
berbeda pendapat tentang batasan waktunya. Ada yang mengatakan waktunya
adalah saat masuknya khatib ke masjid. Ada yang mengatakan ketika
matahari telah tergelincir, ada yang mengatakan setelah shalat ashar,
dan ada pula yang mengatakan waktunya dari terbit fajar sampai terbit
matahari. (Al-Minhaj, 6/379).
Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam Zadul Ma’ad (1/378),
berpendapat bahwa pendapat yang lebih tepat dalam permasalahan ini
adalah bahwa waktunya setelah shalat ashar, berdasarkan sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:”Sesungguhnya pada
hari Jum’at itu ada suatu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim
memohon suatu kebaikan kepada Allah, kecuali pasti Allah akan
mengabulkannya, dan waktunya adalah setelah shalat ashar.” (HR. Ahmad).
9. Ketika sujud
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
« أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ ».
”Paling
dekatnya seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia sedang sujud
maka perbanyaklah oleh kalian doa ketika sedang sujud.” (HR. Muslim).
10. Doa pada hari Arafah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ ».
”Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah.” (HR. At-Tirmidzi dan Al-Baihaqy)
Doa adalah termasuk ibadah. Doa adalah kebutuhan makhluk kepada Sang Maha Pencipta. Oleh karenanya, sudah semestinya kita mencukupkan dengan apa-apa yang telah dicontohkan oleh junjungan dan suri tauladan kita, Nabi Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam pelaksanaannya.
Suatu misal, jika kita mau menggunakan pembukaan ketika hendak berdoa, maka bukalah doa tersebut dengan pembukaan yang syar’i (yang dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam). Bukan dengan pembukaan-pembukaan yang tidak syar’i (yang tidak ada tuntunannya), karena akibatnya fatal, doa kita bisa tidak dikabukan. Disisi lain, kita bisa menuai dosa karena telah mengadakan perkara yang baru dalam urusan agama. Sumber: Buletin Al Ilmu.
Tags yang terkait dengan waktu mustajab: waktu mustajab untuk doa, waktu mustajab sholat hajat, waktu mustajab di hari jumat, doa doa mustajab selepas solat, waktu yang baik untuk berdoa, waktu mustajab untuk berdoa forum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar