banner KOLEKSI ILMU HIKMAH INDONESIA

Senin, 06 Juli 2020

CIRI CIRI PENYAKIT LALAI


CIRI CIRI PENYAKIT LALAI
Lalai dan lupa, itulah manusia. Namun bila sering lupa bagaimana solusinya? 

Penyakit lupa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut :




  1. Ibadah tidak serius, seperti raga kita shalat, tapi hati dan pikiran kita melayang-layang entah kemana.
  2. Terlalu banyak melakukan kemaksiatan, dan enggan segera bertaubat. 
  3. Memiliki sifat iri, dengki, fanatik yang berlebihan, sehingga hati kita sulit menerima saran / mauidloh dari orang lain.
  4. Terlalu menyombongkan diri dari pada irang lain. Menganggap bahwa dirinya lah yang terbaik, padahal belum tentu iya.

"Sesiapa yang lalai, yang banyak melakukan dosa, lalu ia ingin cepat mendapatkan kasih sayang daripada Allah, maka hendaklah ia memperbanyakkan selawat kepada Baginda Rasulullah ﷺ."

[Imam Ibn Athaillah As-Sakandari رحمه الله تعالى]

Lalu bagaimana cara kita agar dapat mengobati penyakit lupa seperti yang tertera diatas? Karena, setiap penyakit pasti ada obatnya, kecuali mati. 

Nah... Diantara obat yang paling manjur dan mujarrab untuk mengobati penyakut lupa adalah dengan mendekatkan diri pada Allah, 

  1. Selalu menyebut Nama-Nya, menghujamkannya kedalam hati, 
  2. Perbanyak membaca istighfar, minimal 100x setiap hari.
  3. Membaca Tahlil 100x setiap hari 
  4. Perbanyak membaca shalawat Nabi SAW.


"Sesiapa yang lalai, yang banyak melakukan dosa, lalu ia ingin cepat mendapatkan kasih sayang daripada Allah, maka hendaklah ia memperbanyakkan selawat kepada Baginda Rasulullah ﷺ."

[Imam Ibn Athaillah As-Sakandari رحمه الله تعالى]

Ada Banyak sekali bacaan-bacaan shalawat yang dapat kita jadikan wirid atau washilah untuk menggapai cita-cita dan cinta dari Sang Pencipta

وصلى الله علي سيدنا محمد النبي الاني وعلى اله وصحبه وسلم


ASMA' PEMBUNGKEMAN


ASMA' PEMBUNGKEMAN
Banyak sekali amalan atau doa warisan dari leluhur kita yang tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan harapan melalui berkah doa tersebut semua cita-cita dan harapan kita segera terkabulkan. sedikit amalan warisan dari kanjeng Raja Mataram Sultan Agung Mangkurat I Sayyid Abdurrahman Ba Abud untuk  keselamatan diri dan keluarga serta lingkungan sekitar. 

Doa ini sering digunakan oleh para santri untuk membungkam lawan-lawannya agar tunduk dan patuh terhadap apa yang ingin disampaikannya. doa ini cocok jika dipakai oleh ahli da'i / mubaligh agar ceramahnya didengarkan oleh hadirin. disamping untuk menaklukkan kaum, doa ini juga dapat dipakai untuk meredakan emosi saat berpapasan dengan orang yang sedang marah-marah. Dan tentunya masih banyak lagi karomah dan berkah dari mengamalkan kalimat-kalimat tayibah dibawah ini.    

untuk dapat mengamalkan doa / Asma' ini perlu adanya ritual atau tirakat selama 7 hari dengan cara tarku ruh / nyirih, yaitu, selama berniat puasa, makan dan minumnya harus meninggalkan makanan dan minuman yang berasal / bercampur dengan binatang, baik darat. laut maupun udara. sedangkan untuk wiridnya, selama puasa doa ini dibaca setiap selesai shalat fardlu 1 kali.dan setelah puasa, doa ini cukup dibaca 1 kali setelah shalat maghrib dan subuh. 



Berikut doanya.  
-(فٓمْبُوڠكٓمان)-
إِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِ الْـمُصْطَفَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ ﷺ وَعَلٰى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ لَهُمُ اْلفَاتِحَةِ:....
ثُمَّ إِلَى حَضْرَةِ سُلْطَانِ اَڮُوڠْ مَاڠكُوْرَاتْ مَاتَرَامْ سَيِّـدُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بَاعَبُودٌ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُمْ وَنَوَّرَ ضَرِيْـحَهُمْ وَيُعْلِى دَرَجَاتِـهِمْ شَيْئٌ للهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةِ:....
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
لَا إِلٰهَ إلَّا اللهُ حَوَالَيْنَا حِصَارًا- مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ قُفْلًا وَمِسْمَارًا
لَاإلَهَ إلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ - لَاإلَهَ إلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ قَوْلًا وَفِعْلًا
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَايَرْجِعُوْنَ - صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَايَعْقِلُوْنَ
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَايَتَكَلَّمُوْنَ - صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَايَفْقَهُوْنَ
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَايُبْصِرُوْنَ - وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ
سَيَّـدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
(تصيام بسبعة أيام مع ترك ما فيه الروح. ويقرأ بعد المغرب والصبح)ـ


AYATUL HAFADLOH / AYAT-AYAT PERLINDUNGAN


AYATUL HAFADLOH / AYAT-AYAT PERLINDUNGAN

AYAT AL HAFADLOH

Rangkaian doa-doa dan ayat-ayat yang memiliki keagungan tersendiri bagi pengamalnya, rangkaian ayat-ayat dan doa-doa ini berkhasiat untuk mendamaikan diantara orang-orang yang sedang dalam perseteruan, sebagai tameng atau benteng perlindungan diri keluarga tetangga dan lingkungan sekitarnya.


Banyak sekali manfaat dan kegunaanya dari mengamalkan doa dan ayat-ayat ini. Diantaranya adalah :



1.      Untuk mendamaikan dua orang yang sedang dalam permusuhan atau dalam pertengkaran.
2.        Untuk mengobati orang yang terkena sihir, guna-guna,
3.        Untuk menolak gangguan jin, ayat makhluk halus lainnya
4.        Untuk keselamatan mutlak
5.        Untuk menghilangkan sengatan racun
6.        Untuk menundukkan binatang buas
7.        Bisa disukai banyak orang
8.        Dan masih banyak lagi. 

Berikut bacaannya.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَلَايَؤُدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِىيُّ الْعَظِيْمُ, وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً, وَلَا تَضُرُّوْنَهُ شَيْئًا. إِنَّ رَبِّىى عَلَى كُلِّ شَيْئٍ حَفِيْظٌ. فَاللهُ خَيْرًا حَافِظًا وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِــيْنَ. لَهُ مُعَقِّــبَاتٌ مِنْ بَـــيْنِ يَدَيْهِ وَمنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُوْنَهُ مِنْ أَمْرِ الله. إنَّا نَحْنُ نَزَّلْــنَا الذَّكْرَ وَإِنَّا لَهُ  لَحَافِظُوْنَ, وَحَفِظْنَاهَا مِنْ كُلّ كُلِّ شَيْطَانٍ رَجِيْمٍ. وَحِفْظًا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَّارِدٍ. وَجَعَلْنَا السَّمَآءَ سَقْفًا مَحْفُوْظًا. وَكُـــنَّا لَهُمْ حَافِظِيْنَ. وَرَبُّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ حَفِيْظٌ. وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ. اَللهُ حَفِيْظٌ عَلَيْـهِمْ وَمَآ أَنْتَ عَلَيْـهِمْ بِوَكِيْلٍ. وَعِنْدَنَا كِــتَابٌ حَفِيْظٌ. وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِــيْنَ. كِرَامًا كَــاتِــبِـــيْنَ. يَعْلَمُوْنَ مَاتَفْعَلُوْنَ.  إِنْ كُلُّ نَفْسٍ لَّـمَّا عَلَيْـهَا حَافِظٌ. إنَّ بَطْشَ رَبِّـكَ لَشَدِيْدٌ. إِنَّهُ هُوَ يُــبْدِئُ وَيُعِيْدُ. وَهُوَ الْغَفُوْرُ الْوَدُوْدُ. ذُوالْعَرْشِ الْـمَجِيْد. فَعَّالٌ لِّـمَا يُريْدُ. هَلْ أَتَاكَ حَدِيْثُ الْجُنُوْدِ. فِرْعَوْنَ وَثَمُوْدُ. بَلِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فِى تَكْذِيْبٍ. وَاللهُ مِنْ  وَّرَآئـهِمْ مُحِيْطٌ. بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجــيْدٌ, فِى لَوْحٍ مَحْفُوْظٍ.

Doa diatas dibaca sebelum sebanyak 3 (tiga) kali setelah lewat tengah malam. Syaratnya, puasa selama 18 (delapan belas hari) terlebih dahulu. Dan setelah puasa, doa ini cukup di baca 3 (tiga kali) setelah maghrib dan subuh.
  

وصلى الله على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه وسلم


ASMA' GHOLIB


ASMA' GHOLIB
Asma' Gholib

Banyak dari teman-teman yang minta doa agar terhindar dari tipu daya musuh. Sebenarnya bukan hanya musuh saja yang patut kita waspadai, namun, melihat kondisi dan perkembangan dunia yang begitu pesatnya, alangkah lebih baiknya kita selalu waspada dalam menghadapi situsasi seperti kenyataan yang ada pada zamam ini.

Berikut kami share sedikit amalan untuk menghindari amukan dan tipu daya Mudah, terlrbih musuh dalam selimut. Ijazah ini kami dapat dari Gus Ahmad Badawi Basyir saat ramainya tragedi ninja di tahun 1998.



Berikut do'anya :

بسم الله الرحمن الرحيم.

الله الغالب الله القاهر. مضل كل جبار عنيد. ناصر الحق حيث كان بيده الحول والقوة والسلطان، ان كانت الا صيحة واحدة فاذاهم خامدون.



Ijazah dari Gus Ahmad Badawi Basyir Jekulo Kudus. 
Salah satu faedahnya yaitu untuk : 
Mengelabuhi musuh.
Terhindar dari fitnah
Musuh kita akan terkrna ulahnya sendiri.
Pagar tubuh,
Dan lsin-lain.

Kaifiyah :
Doa ini dibaca setiap selesai sholat maghrib dan subuh sebanyak 3x.
Kalau ada keperluan, doa diatas ditulis pada selembar daun jarak cina yang madih basah, dengan cara dirajah / di potong-potong hurufnya.
Ketika nulis rajah, sebaiknya dilakukan pada waktu dluha.

وصلى الله على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه وسلم


APA ITU THARIQAH?


APA ITU THARIQAH?
THARIQAH MENURUT HABIB LUTHFI BIN YAHYA

Ma’rifat adalah “mengerti dan mengenal”. Mengerti belum tentu mengenal, tapi kalau mengenal sudah pasti mengerti. Jadi ma’rifat di sini adalah mengenal Allah Swt., seperti halnya kita mengetahui sifat-sifatNya, baik yang wajib, mustahil dan jaiz. Tapi pengenalan itu baru pondasi. Untuk mengenal lebih jauh kita harus sering-sering mendekati Allah Swt. agar Allah juga mendekat dengan kita. 

Makhluk Allah banyak yang mengerti tapi tidak mengenal Allah. Dengan ilmu ma’rifat ini, kita belajar mengenal Allah dan Allah pun akan mengenali kita. Tapi tidak semudah yang kita bayangkan, diperlukan ritual-ritual khusus untuk bisa lebih dekat dengan Allah dan agar kita juga tidak lalai dengan Allah. 

Bila dalam mengenal Allah kita sudah dapat saling mengenal, berarti kita sudah semakin dekat dengan Allah. Tapi pasti pengenalan seseorang dengan Allah berbeda-beda, tergantung dengan tahapan-tahapannya. Itulah pentingnya wirid untuk mencapai tingkatan kema’rifatan yang tinggi. 

Sebenarnya dalam thariqah yang dikhususkan adalah cara membersihkan hati, tashfiyatulqulub atau tazkiyatunnufus. Sedangkan bacaan-bacaannya (wiridan) adalah sebagai nilai tambahan untuk pendekatan kepada Allah Swt. 

Thariqah sebagian besar adalah mengamalkan kalimat “La ilaha illallah” atau kalimat “Allah” sebanyak-banyaknya sesuai ketentuan oleh thariqah itu sendiri. Ada yang mewiridkan secara sirr (dalam hati atau pelan) dan ada pula yang mewiridkannya secara jahr (keras).

Wirid yang paling baik sebenarnya adalah membaca al-Quran, karena dalam hadits dijelaskan bahwa “Barangsiapa ingin berdialog dengan Allah, maka bacalah al-Quran”. Dialog dengan Tuhan adalah wirid yang paling indah. Kemudian membaca kalimat thayibah seperti lafadz “La ilaha illallah”, maka Allah akan menjamin surga bagi para pembaca kalimat tersebut. Kemudian lafadz-lafadz yang lainya seperti istighfar, shalawat, tahmid, tasbih, asmaul husna, karena itu semua juga adalah kalimat-kalimat yang sering dibaca oleh Rasulullah Saw. dan kalimat-kalimat tersebut adalah kalimat yang biasa dibaca oleh para jamaah thariqah.

Memang tidak dapat kita pungkiri bahwa, thariqah juga amalan yang tidak gampang untuk dijalani. Karena apabila terjadi kelalaian dalam pengerjaannya kita akan berdosa, sebab amalan dalam thariqah adalah suatu keharusan (kewajiban) untuk dikerjakan. Tapi kalau dilihat dari segi positifnya memang thariqah tersebut adalah proses kita untuk lebih mengenali Allah. 

Disamping itu, thariqah dapat melepaskan kedua penyakit hati yang ada pada diri kita; untuk mengatasi kealpaan dalam hati dan menghilangkan noktah atau kotoran yang ada. Sebab amalan dalam thariqah adalah kewajiban maka orang akan berhutang apabila tidak mengerjakan amalan tersebut, dan akan mengerjakannya walaupun dalam keadaan apapun. Dan thariqah juga dapat menghapus hijab pembatas yang terdapat dalam dirinya yang mengakibatkan sifat lalai serta banyak lupa kepada Allah Swt.



Kalau seseorang ingin hatinya bersih dan membersihkan hati setidaknya orang tersebut mempunyai ketertarikan terhadap thariqah tersebut, karena kalau dilihat dari fungsi thariqah adalah menghapuskan kotoran dalam hati dengan selalu mengamalkan dzikirnya. Karena dari dzikir tersebut orang akan selalu tenang dan sabar dalam menghadapi setiap masalah yang ia hadapi, karena orang tersebut akan selalu merasa dekat dengan Allah.

Kaitan Thariqah dan Syariat
Kalau kita pahami lebih lanjut, thariqah dan syariat sebenarnya memang tidak dapat dipisahkan, karena tujuan keduanya sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah Swt. Karena ketika seseorang berthariqah tetapi ia meninggalkan syariat, maka itu juga salah karena ia telah meninggalkan kewajibannya. 

Thariqah adalah buah dari syariat. Jadi kalau berthariqah tidak boleh lepas dari pintunya dahulu yaitu syariat. Karena syariatlah yang mengatur tentang kehidupan kita, dengan menggunakan hukum, dari mulai aqidah, keimanan, keislaman, sehingga kita beriman kepada Allah, malaikat, kitab Allah, para rasul, hari akhir, takdir yang baik dan buruk. Dan dengan syariat pula kita mengetahui rukun Islam, yaitu dua kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji.

Setelah kita dapat menjalankan syariat dengan baik, dan kita sudah memgetahui hukum-hukum dalam syariat maka kita baru menuju pada tingkatan yang lebih tinggi, yaitu menuju thariqah dan belajar untuk mengenal Allah. Maksudnya bahwa thariqah adalah tingkatan bagi orang yang sudah cukup ilmunya, terutama yang sudah diwajibkan syariat. Karena tidak semua orang langsung dapat menuju pada tingkat thariqah.

Orang yang menuju thariqah haruslah mengetahui Allah, seperti mengetahui tentang sifat wajib dan mustahil Allah, dan juga mengetahui sifat mumkin (jaiz) Allah. Orang tersebut juga mengetahui tentang hukum-hukum dalam beribadah, seperti rukun wudhu, rukun iman, hal-hal yang membatalkan wudhu, rukun shalat serta hal-hal yang membatalkan dalam shalat. Dan juga orang tersebut dapat membedakan mana yang halal dan yang haram. Bilamana hal-hal tersebut sudah dapat terpenuhi maka tidak ada salahnya apabila orang tersebut masuk ke dalam thariqah. 

Antisipasi dalam Berthariqah

Perlu diketahui juga bahwa sufisme itu sudah tidak asing lagi di kalangan kita, dan telah menjadi warna di kota-kota besar di beberapa negara. Jika kita tertarik pada thariqah atau perkumpulan dzikir tertentu, kita juga harus mengetahui tentang perkumpulan tersebut. Karena di jaman sekarang banyak organisasi-organisasi yang mengatasnamakan Islam untuk kepentingan mereka dan menyelewengkan tentang hukum-hukum yang telah ditetapkan. 

Maka untuk mengantisipasi hal tersebut, yang perlu kita lakukan adalah seperti apakah thariqah tersebut dan siapakah yang memimpin thariqah tersebut. Meskipun dalam dzikir yang dibaca itu memang dari Rasulullah Saw., namun terkadang ada kelompok yang menyelewengkannya atau menyimpang dari ajaran sehingga keluar dari jalan yang benar dan menyesatkan.

Pada thariqah yang kita perlu ketahui dahulu adalah alirannya, semissal thariqah Qadiriyah, Syadziliyah, Syatariyah dan lain sebagainya. Menurut data yang ada pada Jam’iyyah Ahlit Thariqah al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN), jumlah thariqah yang diakui itu ada sekitar 45 thariqah. Penegasan muktabar atau tidaknya sebuah thariqah tentu harus melalui suatu penelitian. Pertama dari ajarannya, kemudian dari ketentuan wiridnya tergolong ma’tsur atau tidak, dan yang ketiga memiliki silsilah atau mata rantai dengan guru yang jelas hingga pada pendiri thariqah tersebut.

Guru thariqah yang merupakan guru ruhani itu haruslah orang yang mengerti tentang agama. Jika tidak mengerti maka bisa diragukan kapasitas keguruannya. Sebab bagaimana ia bisa memimpin suatu organisasi ritual dan keruhanian sementara ia tidak mengerti tentang agama? Sebab orang yang telah menapak jalur thariqah haruslah sudah sempurna syariatnya dan guru tersebut juga telah menjalankan semua kewajiban agama bahkan termasuk shalat sunnahnya. Hal ini juga terkait dengan akhlak sang guru. Seseorang dianggap mengerti tentang ilmu agama minimal bisa dilihat dari bacaan al-Qurannya. Sebab seorang ulama diukur pertama kalinya dari pemenuhan syarat menjadi imam shalat antara lain dari kefasihannya membaca ayat-ayat al-Quran.

Memang dalam kenyataannya, terkadang banyak orang yang bingung tentang thariqah, ada yang ingin masuk tetapi belum sampai pada tingkatan tersebut dan juga belum mengetahui tentang pentingnya berthariqah. Perlu kita ketahui, jika kita masuk pada thariqah maka keimanan kita akan terbimbing. Disitulah peran para guru mursyid, sehingga tingkatan tauhid kita, ma’rifat kita tidak salah dan tidak sembarangan menempatkan diri sebab ada bimbingan dari mursyid tersebut.

Antara Berthariqah dan Tidak

Bagaimana dengan orang yang tidak berthariqah? Syarat berthariqah itu harus mengetahui syariatnya dahulu, artinya kewajiban-kewajiban yang harus dimengerti oleh setiap individu sudah dapat dipahami. Diantaranya hak Allah Swt., lalu hak para rasulNya. Setelah kita mengenal Allah dan RasulNya kita perlu meyakini apa yang telah disampaikannya, seperti rukun Islam, yaitu membaca syahadat, mengerjakan shalat, melaksanakan puasa, berzakat bagi yang cukup syaratnya, serta naik haji bagi yang mampu. Begitu juga mengetahui rukun iman, serta beberapa tuntunan Islam seperti shalat, wudhu dan lain-lain. 

Orang yang menempuh jalan kepada Allah dengan sendirinya, tentu tidak sama dengan orang yang menempuh jalan kepada Allah secara bersama-sama yaitu melalui seorang mursyid. Sebagai contoh kalau kita ingin ke Mekkah dan kita belum pernah ke Mekkah dan belum mengenal Mekkah, tentu berbeda dengan orang yang datang ke tempat tersebut dengan disertai pembimbing atau mursyid.

Orang yang tidak mengenal sama sekali tempat tersebut, karena meyakini berdasarkan informasi dan kemampuannya maka itu sah-sah saja. Namun bagi orang yang disertai mursyid akan lebih runtut dan sempurna, karena pembimbing tadi sudah berpengalaman dan akan mengantar ke rukun yamani, sumur zamzam, makam Ibrahim, dan lain-lain. Meski orang tersebut sudah sampai ke Ka’bah namun apabila tidak tahu rukun yamani, dia tidak akan mampu untuk thawaf karena tidak tahu bagaimana memulainya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang yang ingin berthariqah haruslah melalui para guru atau mursyid, agar jalan yang ditempuh dapat berjalan dengan baik dan bisa mendekatkan diri kepada Allah sedekat mungkin.

Agama Islam adalah agama yang fleksibel, yaitu maksudnya bahwa agama Islam tidak memberatkan kepada umatnya tentang suatu ibadah. Dalam arti orang Islam melakukan suatu ibadah itu menurut kemampuannya masing-masing, karena kemampuan seseorang dengan orang yang lain tentu berbeda-beda. Itulah sebabnya mengapa tingkatan-tingkatan seseorang dalam beribadah kepada Allah pun berbeda-beda pula. Memang tujuannya sama, yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah, akan tetapi tentu hasilnya akan berbeda menurut dengan usaha yang dilakukan.

Dalam beribadah tentu sekelompok orang memiliki cara yang berbeda-beda dalam mencapai kesempurnaan untuk dapat mengerti Allah dan dekat dengan Allah Swt. Cara-cara tersebut sah-sah saja asal tidak keluar dari jalur yang telah ditentukan oleh syariat, dan tidak menyesatkan.

Kaitan Thariqah dan Tasawuf

Tasawuf adalah salah satu usaha peniadaan diri, yaitu menyerahkan seluruh jiwa dan raga hanya untuk mengabdi kepada Allah Swt. Itulah cara yang kebanyakan ditempuh oleh seorang sufi, melalui ritual-ritual khusus dan amalan-amalan yang berbeda-beda pula. Amalan-amalan tersebut ditunjukan untuk menyanjung Allah dan mengakui kebesaran Allah Swt. Allah adalah Dzat yang Mahapengasih dan penyayang. Barangsiapa yang ingin berusaha dengan sungguh-sungguh pasti Allah akan mengabulkannya.

Thariqah itu min ahli la ilaha illallah, dimana ajarannya mencermikan setelah kita iman dan Islam lalu ihsan. Makna ihsan dalam hal ini adalah menyembahlah kepada Allah seolah-olah kita melihat Allah. Kalau tidak mampu, kita harus yakin bahwa kita sedang dilihat Allah Swt. Dengan merasa didengar dan dilihat oleh Yang Maha Kuasa, itu akan mengurangi perbuatan-perbuatan yang merugikan dirinya sendiri apalagi kepada orang lain. Karena kita malu, takut kepada Yang Maha Kuasa.

Tasawuf itu sendiri berfungsi untuk menjernihkan hati dan membersihkan hawa nafsu dari berbagai sifat yang dimiliki manusia, utamanya sifat kesombongan yang disebabkan oleh banyak hal. Jika ajaran tasawuf itu diamalkan, tidak ada yang namanya saling dengki dan saling iri, justeru yang muncul adalah saling mengisi.

Tasawuf itu buah dari thariqah. Pakaian thariqah adalah tasawuf yang bersumberkan dari akhlak dan tatakrama (adab). Contohnya, orang masuk kamar mandi dengan kaki kiri terlebih dahulu, masuk masjd mendahulukan kaki kanan, dll. Itu semua ajaran tasawuf. Contoh lain, sebelum makan baca Basmalah dan setelah selesai baca Hamdalah. Apa yang diajarkan dalam tasawuf sebagai bentuk rasa terimakasih kepada yang memberi rejeki. Kita ambil satu butir nasi yang terjatuh, karena kita sadar bahwa kita tidak bisa membuat butir nasi, lalu kita bersyukur. Itu semua ajaran tasawuf.

Nah, kalau syariat itu terbatas. Maka jika syariat yang diberlakukan, orang mabuk tidak boleh berdekatan dengan orang Muslim. Kalau tasawuf tidak demikian, mereka harus diajak bicara, mengapa mereka mabuk. Kita tidak boleh tunduk dengan pejabat karena ada alasan tertentu, akan tetapi kita wajib menjaga wibawa pejabat di hadapan umum, sekalipun dengan pribadi kita ada ketidakcocokan. Akan tetapi jangan asal tabrak. Ini semua juga ajaran tasawuf.

Berthariqah dan Batasan Usia

Jika belajar dzikir kepada Allah Swt. menunggu sudah tua, iya kalau umurnya sampai tua. Bagaimana kalau masih muda meninggal? Yang terpenting adalah mereka mengerti tata urutan berthariqah, mengerti syarat dan rukunnya dulu seperti masalah wudhu dan shalat, mengerti sifat wajib, jaiz dan mustahil Allah, mengetahui halal dan haram.

Kalau menertibkan hati menunggu tua, nanti terlanjur hati berkarat tebal. Maka sejak usia muda seyogyanya mereka mulai mengamalkan ajaran thariqah, seperti MATAN (Mahasiswa Ahlit Thariqah An-Nahdliyyah).

Apakah boleh mengikuti baiat thariqah, padahal masih belajar ilmu syariat? Setiap Muslim tentu boleh, bahkan harus, berusaha menjaga serta meningkatkan kualitas iman dan Islam di hatinya dengan berbagai cara. Salah satunya dengan berthariqah. Namun berthariqah sendiri bukan hal yang sangat mudah. Karena, sebelum memasukinya, seseorang harus terlebih dulu mengetahui ilmu syariat. Tapi juga bukan hal yang sangat sulit, seperti harus menguasai seluruh cabang ilmu syariat secara mumpuni.

Yang diprasyaratkan untuk masuk thariqah hanya pengetahuan tentang hal-hal yang paling mendasar dalam ilmu syariat. Dalam aqidah, misalnya, ia harus sudah mengenal sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah. Dalam fiqih, ia sudah mengetahui tata cara bersuci dan shalat, lengkap dengan syarat, rukun, dan hal-hal yang membatalkannya, serta hal-hal yang dihalalkan atau diharamkan oleh agama.

Jika dasar-dasar ilmu syariat sudah dimiliki, ia sudah boleh berthariqah. Tentu saja ia tetap mempunyai kewajiban melengkapi pengetahuan ilmu syariatnya yang bisa dikaji sambil jalan. Syariat lainnya adalah umur yang cukup (minimal 8 tahun), dan khusus bagi wanita yang berumah tangga harus mendapat izin dari suami. Jika semuanya sudah terpenuhi, saya mengimbau segeralah ikut thariqah.

Semua thariqah, asalkan mu’tabarah, ajarannya murni dan silsilahnya bersambung sampai Rasulullah Saw., sama baiknya. Karena semua mengajarkan penjagaan hati dengan memperbanyak dzikrullah, istighfar dan shalawat. Yang terpenting, masuklah thariqah dengan niat agar kita bisa menjalankan ihsan. Jangan masuk thariqah karena khasiatnya atau karena cerita kehebatan guru-guru mursyidnya.

(Sumber: dikompilasi dari ceramah-ceramah Maulana Habib Luthfi bin Yahya).

وصلی اﷲ علی سيدنا محمد النبي الامي وعلی اله وصحبه وسلم تسليما كثيرا. والحمد لله رب العالمين


ADAB TATAKERAMA MENGHADIRI MAJLIS MAULUD NABI SAW


ADAB TATAKERAMA MENGHADIRI MAJLIS MAULUD NABI SAW
Petuah Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari
Tulisan berikut ini disarikan dari kitab an-Nur al-Mubin fi Mahabbat Sayyid al-Mursalin karya Hadhratus Syaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari, salah satu tokoh sentral dan pendiri Nahdlatul Ulama. Beliau termasuk salah seorang pakar hadits (muhaddits) terkemuka di masanya, yang menjadi rawi ke-24 dari rantai silsilah hadits Shahih Bukhari-Muslim dari gurunya asy-Syaikh Mahfudz at-Termasi, guru besar Masjidil Haram yang bermadzhab Syafi’i.

Adab Para Salaf Shaleh sebelum Hadir ke Tempat Acara Maulid Nabi Saw.



Sebelum menghadiri acara Maulid Nabi Saw. terlebih dahulu para salaf shaleh melakukan hal-hal berikut ini:
·         Berwudhu dengan baik dan sempurna.
·         Dalam keadaan masih basah dengan air wudhu, ia membaca: “Shalallahu ‘alaa Muhammad” 33x tanpa diselingi berbicara dengan yang lain.
·         Lalu diusapkan ke wajahnya dan membaca doa sehabis wudhu.
·         Kemudian melakukan shalat sunnah 2 rakaat dengan niat shalat sunnah Wudhu. Rakaat pertama setelah al-Fatihah membaca surat al-Kafirun, rakaat kedua setelah al-Fatihah membaca surat al-Ikhlas.
·         Setelah salam membaca dzikir Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar masing-masing 3x.
·         Lalu boleh ditambahkan shalat sunnah Hajat 2 rakaat. Rakaat pertama setelah al-Fatihah membaca surat al-Kafirun 3x, rakaat kedua setelah al-Fatihah membaca surat al-Ikhlas 3x.
·         Setelah salam membaca istighfar 21x dan shalawat 3x.
·         Lalu berdoa membaca niat untuk hadir Maulid Nabi Saw. Contoh doa niat untuk hadir Maulid Nabi Saw.:
" Allahuma Yaa Allah, Nawaitu an ahdhural maulidun biniyyati li ridhoi’llaah wa li ridhoi’ Rasulullah Muhammad Shalallaahu ‘alahi wa sallama, Wa Syafa’ati Rasulullaahi SAW fii diin wad dunyaa wal akhirah, wa ‘alaa niyyati ‘anallaaha yaqdhii hajaatinaa, wayaqbalu dawaatinaa, wa yasyrahu shuduuranaa, wa yuyassiru ‘umuuranaa wa umuuraal muslimiin fii diin wad dunyaa wal akhiirat wa yaj’alunaa min ‘ibaadihish shalihiin"

“Allahumma ya Allah, kami niat untuk hadir Maulid NabiMu Saw., dengan niat agar mendapat ridha Allah dan Rasulullah Saw. serta syafa’at Rasulullah di dalam agama, dunia dan akhirat. Serta dengan niat agar Allah memberikan semua hajat (kebutuhan) kami, mengabulkan doa-doa kami, melapangkan kesulitan kami, memudahkan semua urusan kami dan urusan kaum muslimin di dalam hal agama, dunia dan akhirat, dan jadikanlah kami hamba-Mu yang sholeh ”
atau bisa ditambah membaca niat sebagai berikut:
Nawaitu an ahdhural maulidun mitsla maanawaa aslafunaash-shalihiin wa biniyyati ta'zhiiman syahru wiladati nabi shalallahu 'alaihi wa aalihiwassalam wa biniyyati ziyaadatil imaan wa ziyaadatil taqwaa wal mahabati wa qurb ilaa Allah wa ilaa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa aalihi wassalam wa aslafinaash shalihiin wa biniyyati 'ittibaa'ir Rasulullah shalallahu 'alaihi wa aalihi wassalam zhahiran wa bathinan fii qawli wal fi'li wan niyyat. Wa biniyyati 'annaAllaha yuhassin akhlaqanaa wa adaabanaa wa annaallaha yarzuqunaa an-nazhar ilaa wajhi al-habib Sayyidina Muhammad shalallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wassalam yaqzhatan wa manaamaan fii dunya wal akhirah wa fiil barzakh wa huwa radhin annaa, wa alaa kulli niyyati shalihat fii khair wa luthfi wa 'afiyaat wa salaamat.....
Niat hadir maulud seperti niatnya para salafuna shalihin, dengan niat bertambahnya iman dan takwa, bertambahnya cinta serta mendekatkan diri kepada Allah, Rasulullah shalallahu 'alaihi wa aalihi wassalam  dan Salafuna Shalihin. Dengan niat untuk mencontoh/meneladani/mengikuti Rasulullah shalallahu 'alaihi wa aalihi wassalam secara zhahir dan bathin, baik dalam perkataan, perbuatan dan niat. Dengan niat semoga Allah memperbaiki akhlak dan adab kita serta Allah memberi rizqi kepada kita untuk dapat memandang wajah kekasih kita Rasulullah SAW baik secara langsung ataupun mimpi di dunia maupun akhirat serta di alam barzah dalam keadaan beliau Rasulullah SAW ridho kepada kita dan kami berniat dengan semua niatan yang sholeh dalam kebaikan, kelembutan, 'afiyah (kebahagiaan) dan keselamatan.....
Hal itu semua di atas, seyogyanya dilakukan mulai berwudhu hingga shalat sunnah Wudhu sampai shalat sunnah Hajat, dilakukan tanpa diselingi perbuatan dan pembicaraan yang tidak berarti. Serta dilakukan dengan tertib pelaksanaannya dan berkesinambungan. Jika waktu tidak memungkinkan paling tidak shalat sunnah Wudhu lebih diutamakan.
2.      Adab Para Salaf Shaleh saat Hendak Hadir ke Tempat Acara Maulid Nabi Saw.
Setelah melakukan amal shaleh di atas, barulah para salaf shaleh berjalan menghadiri Maulid Nabi Saw. Dalam masa perjalanan itu, hal-hal yang mereka lakukan adalah:
·         Bertawakkal kepada Allah Swt.
·         Sangat mengharapkan limpahan berkah, rahmat dan maghfirah Allah tercurahkan kepadanya.
·         Berjalan penuh rasa tawadhu’ dan tadharru’ (menghadirkan perasaan khusyu’, seakan-akan hendak menemui Baginda Nabi Saw. bersama para sahabatnya dan para auliya’Nya, yang disaksikan oleh Allah Swt. serta para malaikatNya).
Menanamkan adab batin ini sungguh sangat utama di dalam menghadiri Maulid Nabi Saw. Karena Allah melihat dan menyaksikan hati para hambaNya. Sebagaimana firmanNya dalam hadits qudsi: “Aku (Allah) sesuai dengan prasangka hamba terhadapKu.”
3.      Adab Para Salaf Shaleh saat Berlangsungnya Acara Maulid Nabi Saw.
Biasanya para salaf shalihin memperbanyak membaca shalawat kepada Baginda Rasulullah Saw., baik selama perjalanan, saat dan selama Maulid Nabi Saw. berlangsung, baik dibaca secara sirr (dalam hati) ataupun jahr (diucapkan dengan lisan).
Momentum yang paling baik dan berkah dalam pembacaan Maulid Nabi Saw. adalah pada saat Mahallul Qiyam (saat berdiri), ketika melantunkan: “Yaa Nabi salam ‘alaika # Yaa Rasul salam ‘alaika.”
Di antara bait-bait tersebut adalah momentum yang terbaik kita berdoa memohon kepada Allah Swt. atas segala doa dan hajat kita. Doa disela-sela membaca shalawat: “Yaa Nabi salam ‘alaika # Yaa Rasul salam ‘alaika” secara bersama-sama. Jadi di antara bait-bait tersebut seyogyanya kita berdoa. Insya Allah Mustajabah.
Yang tidak kalah pentingnya juga adalah menghadirkan orang-orang yang kita cintai seperti sanak keluarga, sahabat dan kerabat yang kita kehendaki ketika itu. Hadirkan dengan perasaan kita, bahwa mereka ikut hadir (bil ghaib) dalam pelaksanaan Maulid Nabi Saw. Insya Allah rahmat, berkah dan syafaatNya akan meliputi kepada mereka semua, yang walaupun secara lahiriah mereka tidak turut serta hadir.
Itulah salah satu kebesaranNya dan kasih sayangNya kepada umat Baginda Nabi Saw. yang merupakan tetesan-tetesan air ar-Rahmah dari samudera rahmat Ilahi.
Di dalam pelaksanaan pembacaan Maulid Nabi Saw., seyogyanya kita mempertautkan hati kita dengan Baginda Nabi Saw. Bagi yang pernah berziarah ke makam beliau Saw. di Madinah al-Munawwarah, mungkin bisa kembali mengingat-ingatnya, seakan-akan membaca Maulid Risalah Baginda Nabi Saw. di hadapan makam beliau yang mulia Saw.
Bagi yang belum diberi rizki ziarah ke makam Nabi Saw., maka cukup membayangkan kehadiran Nabi Saw. Paling tidak merasa dilihat dan didengar oleh Baginda Nabi SAW. Sehingga nilai-kualitas dari Maulid Nabi Saw. Insya Allah dapat dirasakan kemanfaatannya, bukan hanya sekedar hadir duduk, doa, amin, makan, lalu bubar, sedangkan hati sanubari masih tetap kotor penuh karat dengan penyakit-penyakit lahiriah dan batiniah.
4.      Maulid Nabi Saw. Sebagai Ajang Memperbaiki Diri
Maulid Nabi Saw. adalah salah satu ajang yang sangat sakral untuk mengembalikan jati diri kita sebagai hamba Allah dan sebagai umat Baginda Nabi Saw. Oleh karenanya seyogyanya kita bisa memperhatikan dengan seksama arti, makna atau terjemahan dari bacaan Maulid Nabi Saw. yang dibaca. Hal ini sungguh sangat bermanfaat guna meningkatkan kualitas hati kita menuju derajat ihsan di sisi Allah dan RasulNya.
Inilah salah satu sirr (rahasia) dari pelaksanaan Maulid Nabi Saw. Sehingga ketika kembali dari acara Maulid Nabi Saw. itu, hati semakin bercahaya, insya Allah. Hati sanubari merasuk menjalar ke seluruh relung anggota tubuh kita, mengikis habis segala karat penyakit-penyakit lahir maupun batin. Dan semakin bertambah keimanan dan kecintaan kita kepada Allah dan RasulNya, sehingga buahnya menjadikan kita semakin ta'at akan melaksanakan seluruh perintah dan menjauhi larangan Allah dan Rasul-Nya....